Kalapanunggal, Akhir Bulan Safar 1446 H / 2025 M** — Menjelang berakhirnya bulan Safar, sejumlah peristiwa penting dalam sejarah Islam terhampar sebagai pelajaran berharga. Kejadian-kejadian ini, yang muncul dalam *hadis* maupun catatan sejarah, mengingatkan umat bahwa bulan ini bukanlah musibah, melainkan momentum bermakna dalam perjalanan keimanan.
1. Sakit Rasulullah ﷺ Menuju Wafat
Menurut *Sirah Nabawiyah*, Nabi Muhammad ﷺ merasakan gejala penyakit serius—kepala pusing, tubuh panas hebat—pada 28 atau 29 Safar tahun ke-11 H ketika baru kembali dari pemakaman seorang sahabat di Baqi‘. Beliau tetap menjalankan salat bersama para sahabat selama sekitar 11 hari dan wafat 13–14 hari kemudian pada 12 Rabiul Awal 11 H.
**Makna:** Mengajarkannya bahwa ajal bisa datang kapan saja; akhir Safar menjadi pengingat akan pentingnya kesiapan spiritual.
2. Dimulainya Peristiwa Hijrah
Hijrah Nabi ﷺ dari Makkah ke Madinah—peristiwa monumental dalam sejarah Islam—dimulai menjelang akhir bulan Safar dan terus berlanjut pada Rabiul Awal.
**Makna:** Menunjukkan keyakinan dan keberanian para sahabat tidak mengalami hambatan karena waktu; hijrah sebagai simbol perjuangan dan semangat spiritual tinggi.
3. Kemenangan Islam lewat Perang Khaibar
Pertempuran Khaibar—yang menghasilkan kemenangan umat Islam—berlangsung di bulan Safar tahun ke-7 H. ([Muslim.or.id]
**Makna:** Bukti bahwa bulan Safar bukan bulan sial, tetapi saat-saat penuh keberhasilan dan pertolongan Allah.
4. Perang Al-Abwa dan Perjalanan Dakwah
Perang Al-Abwa (atau Waddan), yang merupakan kali pertama Rasulullah ﷺ ikut serta langsung dalam perang, terjadi pada bulan Safar tahun kedua Hijrah. Juga, terdapat peristiwa pengutusan kelompok musyrik yang kemudian dianiaya, membunuh para penghafal Al-Qur’an—semuanya di bulan Safar.
**Makna:** Menyiratkan betapa bulan ini penuh dengan aktivitas perjuangan dan ujian; bukan waktu untuk khayalan takhayul.
Perspektif Al-Qur’an dan Sunnah
• Al-Qur’an
Allah menegaskan bahwa jumlah bulan adalah dua belas dan semuanya sama di sisi-Nya:
> *“Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan…”* (QS. At-Taubah: 36)
> **Makna:** Safar tidak memiliki kedudukan khusus atau malapetaka — sama seperti bulan lain. ([Baznas][2])
• Hadis Shahih Menolak Kesialan
Rasulullah ﷺ bersabda:
> *“Tidak ada penyakit menular (tanpa izin Allah), tidak ada thiyarah (pertanda buruk), tidak ada burung sial, dan tidak ada bulan Safar (pembawa na’as).”*
> HR. Bukhari dan Muslim
> **Makna:** Mitos tentang Safar sebagai bulan sial sepenuhnya dibantah dalam Islam. ([Baznas][5], [kumparan][6], [NU Online Jawa Timur][7])
• Hadis Dha‘if tentang “Rabu Terakhir”
Terdapat *hadis dha‘if* yang menyebut:
*“Hari Rabu terakhir dalam sebulan adalah hari na’as yang terus menerus.”* (Riwayat Waki‘, Ibn Mardawaih, al-Khathib al-Baghdadi)
> Tapi hadis ini tidak sahih sehingga tidak dijadikan pijakan hukum.
| **Al-Qur’an** | QS At-Taubah:36 menegaskan semua bulan sama di sisi Allah |
| **Hadis Dha‘if (Rabu Terakhir)** | Riwayat dha‘if, tak sah sebagai pijak
Penutup
Akhir bulan Safar bukanlah momen yang penuh kesialan atau tanda buruk. Justru, sejarah Islam menunjukkan bahwa Safar diakhiri dengan peristiwa penting yang mencerminkan dinamika perjuangan, ujian, dan momentum penentu bagi umat Muslim. Semua pengajaran ini mengajak untuk menyikapi waktu dan sejarah dengan bijak — berdasarkan *sunnah shahih*, *ajaran Qur’an*, serta realitas sejarah — tanpa terjebak dalam mitos atau kepercayaan tak berdasar.
Jika Anda ingin penjelasan lebih jauh tentang hadis dalam bahasa Arab, penafsiran ulama, atau hadis dha‘if lainnya.
Oleh : Ust. Warja ( Pimp. TPA- Nuurul Ihsan )