Kalapanunggalupdate.com– Belakangan ini muncul fenomena unik di kalangan anak-anak sekolah dasar (SD), yakni permainan tradisional gangsing yang dibuat secara kreatif dari kombinasi penghapus, isi stapler, dan paku payung. Meski terlihat sederhana dan menghibur, tren ini justru menimbulkan kekhawatiran serius terkait bahaya dan risiko cedera. ( 15/9/2025 ).
Permainan gangsing rakitan ini biasanya dibuat dengan cara menusukkan paku payung ke penghapus sebagai poros, lalu dililit dengan isi stapler yang berfungsi sebagai pemberat agar bisa berputar lebih lama. Ketika diputar di atas meja atau lantai, gangsing ini memang mampu menghasilkan putaran cukup kuat.
Namun, sejumlah orang tua dan guru memperingatkan potensi bahaya dari permainan ini. Ujung paku payung yang tajam bisa melukai tangan, terlebih saat gangsing terlepas atau terpental ke arah teman. Selain itu, isi stapler yang runcing berisiko menancap pada kulit, bahkan bisa menyebabkan infeksi jika tidak segera ditangani.
“Anak-anak memang kreatif, tapi bahan yang mereka gunakan ini sangat berbahaya. Kalau tidak diawasi, bisa melukai diri sendiri atau orang lain,” ujar salah seorang guru SD di wilayah Kalapanunggal, Senin (15/9/2025).
Kekhawatiran juga disampaikan oleh tenaga medis. dr. Rini Marlina, salah seorang dokter umum di wilayah Kabupaten Sukabumi, menegaskan bahwa luka akibat tusukan paku atau isi stapler tidak bisa dianggap sepele.
“Jika sampai terkena kulit, apalagi menusuk dalam, resikonya bukan hanya luka luar. Bisa terjadi infeksi bakteri, tetanus, hingga keracunan darah (sepsis) bila tidak segera dibersihkan dengan benar dan diberikan vaksin tetanus,” jelasnya.
Sementara itu, psikolog anak, Nurhayati, M.Psi., Psikolog, menilai fenomena ini wajar sebagai bentuk kreativitas dan rasa ingin tahu anak. Namun, ia menegaskan perlunya pendampingan orang tua agar anak tidak salah memilih media bermain.
“Anak usia sekolah dasar berada pada fase eksplorasi tinggi. Mereka senang bereksperimen dengan apa yang ada di sekitarnya. Kreativitas ini bagus, tapi harus diarahkan ke bahan yang aman. Kalau dibiarkan, bisa berbahaya bukan hanya secara fisik tapi juga bisa menimbulkan rasa takut atau trauma jika terjadi kecelakaan,” ungkapnya.
Pihak sekolah dan orang tua diimbau untuk mengawasi tren permainan ini dan mengarahkan anak-anak agar menggunakan bahan yang lebih aman. Alternatifnya, anak-anak bisa diajak kembali memainkan gangsing tradisional berbahan kayu atau plastik yang jauh lebih ramah untuk usia mereka.
Fenomena ini menjadi pengingat penting bahwa kreativitas anak memang patut diapresiasi, namun keselamatan tetap harus diutamakan. ( WR )
Sumber : Dari Berbagai Sumber
Photo : Hasil Screenshot Akun FB Sukabumi Update