Kalapanunggalupdate– ( 21 Agustus 2025 ), Dalam sejarah Islam, Imam Syafi’i dikenal bukan hanya sebagai ulama besar pendiri salah satu mazhab fikih yang diikuti oleh jutaan umat Muslim di seluruh dunia, tetapi juga sebagai sosok yang penuh ketawadhuan. Salah satu kisah keteladanan beliau adalah ketika ada seseorang yang membicarakan dan mengejeknya di belakang.
Diriwayatkan dalam kitab Manaqib Asy-Syafi’i karya Imam al-Baihaqi, suatu hari ada seseorang yang mencaci dan menjelek-jelekkan Imam Syafi’i di belakangnya. Saat kabar itu sampai kepada beliau, Imam Syafi’i tidak marah sedikit pun. Justru dengan penuh kelembutan beliau berkata:
“Jika apa yang ia katakan itu benar, semoga Allah mengampuniku. Namun jika itu tidak benar, semoga Allah mengampuninya.”
Sikap tersebut menunjukkan betapa Imam Syafi’i memiliki hati yang lapang dan akhlak yang mulia, meski mendapat cercaan dari orang lain. Beliau memilih untuk mendoakan kebaikan, bukan membalas dengan keburukan.
Kisah ini memberikan pelajaran berharga, khususnya di era modern saat media sosial kerap dipenuhi hujatan dan fitnah. Imam Syafi’i mengajarkan umat Islam untuk tetap tenang, berlapang dada, dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT.
Menurut Ustadz Ahmad Sarwat, Lc., MA., dalam kajiannya tentang akhlak ulama, sikap Imam Syafi’i ini adalah cerminan dari firman Allah dalam QS. Al-Furqan ayat 63:
“Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu (ialah) orang-orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”
Dengan demikian, akhlak mulia Imam Syafi’i tidak hanya menjadi teladan bagi murid-muridnya di masa lalu, tetapi juga relevan bagi umat Islam di masa kini.
Admin