Kalapanunggalupdate.com, – ( 27/9/2025 ). Di sebuah jalan pedesaan, sebuah truk tua dengan terpal biru mencuri perhatian. Bukan karena muatannya yang penuh sesak, melainkan karena sebuah tulisan sederhana yang tergurat dengan cat putih:
“Cowoknya kerja keras, cewenya live menghibur cowok yang belum jelas.”
Seketika, tulisan itu menusuk hati siapa pun yang membacanya. Bukan sekadar kalimat biasa, melainkan potret nyata dari luka batin seorang lelaki yang berjuang tanpa kenal lelah.
Bayangkan seorang pria, bangun sebelum fajar, meninggalkan rumah dengan mata masih sembab karena kurang tidur. Tubuhnya dibakar panasnya matahari siang, diguyur hujan di malam hari. Tangan kasarnya penuh kapalan, punggungnya kaku menahan beban. Semua demi satu: membangun rumah tangga, demi orang yang ia cintai.
Namun apa daya, di balik kerja keras itu, sang wanita yang ia banggakan justru memilih dunia gemerlap layar ponsel. Duduk cantik di depan kamera, tertawa, menyapa pria-pria asing yang menebar komentar manis di kolom live TikTok. Semua itu, katanya, untuk hiburan. Padahal, di balik layar ada hati yang tersayat.
Betapa pahitnya rasa seorang lelaki ketika perjuangan dan pengorbanannya seolah tak berarti. Saat ia menahan lapar di jalan demi bisa membawa pulang beras, justru hatinya dibuat kenyang oleh rasa kecewa.
Tulisan di belakang truk itu bukan sekadar keluhan, melainkan jeritan hati seorang pejuang. Jeritan yang sering terabaikan di tengah hiruk pikuk dunia maya.
Di jalanan, truk itu terus melaju. Meninggalkan debu, meninggalkan pesan yang membuat mata basah:
“Ada lelaki yang rela berkorban, namun ada pula cinta yang perlahan menghilang di balik sorotan ring light.”
Sebuah pengingat bagi kita semua: jangan pernah menukar peluh seseorang yang mencintai kita dengan tawa kosong di dunia maya. Karena cinta sejati bukan diukur dari jumlah gift atau penonton live, melainkan dari keringat dan air mata yang diam-diam jatuh di jalanan perjuangan. ( WR )
